When I see You, Jogjakarta !

16 April 2012

 Bismillah, dengan sejuta cinta saia mulai melangkahkan kaki meninggalkan kota Dago, menuju Stasiun Hall Bandung, menunggu keberangkatan kereta api Ladoya Malam yang akan melantunkan suara pertamanya di jam 20.00 wib hari ini.
Harga tiket hari senin masih tergolong mahal 10rb dari harga biasanya 110rb,kareta api Ladoya Malam merupakan kereta api kelas bisnis,imajine banget lah ya, selama ini di Padang perjalanan dengan kereta api cuma ke pariaman aja dan itu pun naik kelas ekonomi, dah ngebayangin bakal ada sekat2 di setiap 4 bangku yang ada seperti keretaapi harry potter menuju ke sekolahnya, saat saia memasuki gerbong kereta api Indonesia,..*Gubrak,, (biarkan kami tersenyum karena kami bersama)

Saia berangkat ber-5 dengan teman yang mengenal fisika tidak hanya ada di sekitar kita tapi fisika masa depan kita, :p

Perjalanan selama 8 jam 15 menit menuju ST. Tugu Jogjakarta ini membuktikan “life is never flat”. Dari penawaran nasi goreng, penyewaan bantal, yang saia kira merupakan fasilitas dari kelas bisnis,, tapi ternyata mesti ada fee yang harus dikeluarkan untuk itu,, dan karena ke lebay-an teman aq yang berjilbab biru yang mengatakan sewa bantal = 17rb,(plak-plok-plek gilaaaa ajaa sewa bantal segitu mahalnyaaa  *padahal Cuma 3rb,, teman gw boong) aq mengembalikan bantal itu bersamaan dengan tingkah yang dilakukan oleh teman junior q berjilbab ungu. Truz bapaknya tanya,, kenapa dikembalikan mbak ?? dengan plosnya saia jawab “habisnya bayar sich pak” :D , masih sekitar 30 menit perjalanan,, ada ibu yang beranjak dari tempat duduknya dan mengambil posisi lantai bawah untuk tidur,,, wah,, kelihatannya itu dah tradisi soalnya si ibu telah siap dengan alasnya,,,:D.. saia mulai hilang kendali,, mulai terlelap dengan irama kereta api Ladoya,, hmm,, tiba2 terdengar suara “mijonnnnn,, mijoonn,,, mijoonnn mbakk,,, mijoooon mas” dimana aq ?? mata saia mulai melalang buana dan menyaksikan ternyata mijon = my zone,,, :) :D Masih dengan sejuta cinta______

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE PASSIVE VOICE

GERUND AND INFINITIVE

ARISTARCHUS